Tuna Netra (Visually Impaired) adalah mereka yang penglihatannya menghambat untuk memfungsikan dirinya
dalam pendidikan, tanpa menggunakan material khusus, latihan khusus
atau bantuan lainnya secara khusus.
Mereka termasuk anak yang :
·
Melihat dengan acuity ketajaman 20/70 (anak tunanetra melihat dari jarak 20
feet sedangkan orang normal dan jarak 70 feet).
·
Mampu membaca huruf E paling besar di Snellen Chart dari jarak 20 feet
(acuity 20/200 – legally blind)
Secara pendidikan, tunanetra dikelompokkan
menjadi:
·
Mereka mampu membaca cetakan standard.
·
Mampu membaca cetakan standard dengan menggunakan kaca pembesar.
·
Mampu membaca cetakan besar (ukuran huruf No. 18).
·
Mampu membaca cetakan kombinasi cetakan regular dan cetakan besar.
·
Membaca cetakan besar dengan menggunakan kaca pembesar.
·
Menggunakan Braille tapi masih bisa melihat cahaya (sangat berguna untuk
mobilitas).
·
Menggunakan Braille tetapi tidak punya persepsi cahaya.
Keterbatasan anak tunanetra ada tiga:
1. Keterbatasan dalam
konsep dan pengalaman baru.
2. Keterbatasan dalam
berinteraksi dengan tingkungan
3. Keterbatasan dalam
mobilitas.
Karena itu pembelajaran bagi
tunanetra harus mengacu kepada:
·
Kebutuhan akan pengalaman kongkrit.
·
Kebutuhan akan pengalaman memadukan
·
Kebutuhan akan berbuat dan bekerja dalam belajar.
Tunanetra dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Kelempok buta dengan
media pendidikannya adalah tulisan braille.
2. Kelornpok low Vision
dengan medianya adalah tulisan awas.
Perkembangan Motorik Anak Tunanetra
Perkembangan motorik anak tunanetra cendrung lambat dibandingkan dengan
anak awas pada umumnya. Keterlambatan ini terjadi karna dalam perkembangan
perilaku motorik diperlukan adanya koordinasi fungsional antara neuromuscular
system (system persyarafan dan otot) dan fungsi psikis (kognitif, afektif, dan
konatif), serta kesempatan yang diberikan oleh lingkungan.
Pada anak tunanerta mungkin fungsi neuromuscular system tidak bermasalah
tetapi fungsi psikisnya kurang mendukung serta menjadi hambatan tersendiri dalam perkembangan motoriknya. Secara fisik, mungkin anak
mampu mencapai kematangan sama dengan anak awas pada umumnya, tetapi karna
fungsi psikisnya (seperti pemahaman terhadap realitas lingkungan, kemungkinan
mengetahui adanya bahaya dan cara menghadapi, keterampilan gerak yang serba
terbatas, serta kurangnya keberanian dalam melakukan sesuatu) mengakibatkan
kematangan fisiknya kurang dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam melakukan
aktivitas motorik. Hambatan dalam fungsi psikis ini secara langsung atau tidak
langsung terutama berpangkal dari ketidakmampuannya dalam melihat.
You might also like:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar