Minggu, 15 Januari 2012

konsep dasar pendidikan imam al-gazali

Konsep Dasar Pendidikan Imam Al-Ghazali

Published Sunday, November 6, 2011 By Istana Ilmu. Under Pendidikan Tags: Imam Ghazali

Pendidikan mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia, juga diakui sebagai kekuatan yang dapat membantu masyarakat mencapai kemegahan dan kemajuan peradaban. Pendidikan merupakan salah satu wilayah yang menjadi perhatian para pemikir dan aktivis muslim di seluruh dunia Islam. Salah satu tokoh tersebut yang dikenal dalam sejarah peradaban Islam adalah Imam Al-Ghazali.

Imam Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, ia lahir di Ghazale suatu kota kecil yang terletak di Tus wilayah Khurasan pada tahun 450H/1059M dan meninggal pada tahun 505H/1111M. Ayahnya seorang pemintal wol, yang selalu memintal dan menjualnya sendiri di kota itu. Al-Ghazali dua bersaudara, ketika ayahnya akan meninggal ia berpesan kepada sahabatnya agar kedua puteranya diasuh dan disempurnakan pendidikannya setuntas-tuntasnya. Sahabatnya segera melaksanakan wasiat tersebut, kedua anak tersebut dididik dan disekolahkan, dan setelah harta pusaka peninggalan ayahnya telah habis, mereka dinasehati agar meneruskan mencari ilmu semampu-mampunya.

Semasa hidupnya dari sejak kanak-kanak hingga dewasa, Al-Ghazali pernah belajar kepada beberapa guru, antara lain: Ahamd bin Muhammad Ar-Radzikani di Tus, Abi Nashr Al-Ismaili di Jurjani, dan al-Juwaini, Imam al-Haramain. Al-Ghazali memang orang cerdas dan sanggup mendebat segala sesuatu yang tidak sesuai dengan nalar yang jernih, hingga al-Juwaini memberi predikat sebagai orang yang memiliki ilmu yang sangat luas bagaikan “laut dalam nan menenggelamkan” (bahrun mughriq).

Dalam bidang pendidikan, Imam Al-Ghazali memiliki pengaruh yang luar biasa hingga saat ini. Untuk mengetahui pemikiran al-Ghazali dalam bidang pendidikan, lebih dulu harus mengetahui dan memahami pemikiran beliau yang berkenaan dengan berbagai aspek, antara lain: peranan pendidikan, tujuan pendidikan, kurikulum, metode, pendidik, dan murid.

Dalam peranannya, pendidikan itu sangat menentukan corak kehidupan suatu bangsa dan pemikirannya.

Pemikiran al-Ghazali dalam bidang pendidikan itu lebih cenderung bersifat empirisme, hal ini disebabkan karena ia sangat menekankan pengaruh pendidikan terhadap anak didik. Menurutnya seorang anak itu tergantung kepada orangtua dan anak yang mendidiknya. Hal ini sesuai dengan pesan Rasul SAW yang menegaskan: “Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan bersih, kedua orangtuanyalah yang menyebabkan anak itu menjadi menganut Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (HR. Muslim).

Tujuan pendidikan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam Alquran Surah Adz-Dzariyat ayat 56. Sejalan dengan tuntunan tersebut seorang pendidik itu harus mempunyai ciri-ciri tertentu, antara lain:

  1. Mencintai murid sebagaiamana mencintai anaknya sendiri;
  2. Jangan mengharap materi sebagai tujuan utama karena mengajar adalah tugas yang diwariskan Rasulullah SAW;
  3. Harus mengingatkan murid bahwa tujuan menuntut ilmu adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Sejalan dengan di atas murid diharapkan bersikap sebagai berikut:

  1. Harus memuliakan guru dan bersikap rendah hati.
  2. Harus saling menyayangi dan tolong menolong sesama teman.
  3. Mempelajari bermacam-macam ilmu dengan sungguh-sungguh sehingga mencapai tujuan ilmu dari tiap ilmu tersebut.

Kurikulum, secara tradisional berarti mata pelajaran yang diberikan kepada anak didik untuk menanamkan sejumlah pengetahuan agar mampu beradaptasi dengan lingkungannya, dan pandangan al-Ghazali dapat dipahami dari pandangannya mengenai ilmu pengetahuan, ia membagi ilmu pengetahuan ke dalam 3 kelompok. Dan dalam metode pengejaran ia memakai metode keteladanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar